Selasa, 11 Juni 2013

Redaksi Surat Kabar Makin Jeli, 'Surat Pembaca' Menjadi Advertorial

media | 16.24 |
Tidak semua tulisan dari pembaca, bisa ditayangkan di surat kabar. Belakangan ini, redaksi media cetak jeli menyikapi beberapa surat pembaca yang memanfaatkan untuk kepentingan even tertentu. Informasi yang sifatnya agenda kegiatan, sudah dikategorikan bukan lagi surat pembaca. Ambil contoh surat pembaca dari Komunitas Entrepreneur Muda Surabaya, yang tidak dimuat redaksi surat kabar: “ Komunitas Enterpreneur Muda , mengadakan seminar, 2 September 2011, di Hotel X. Temanya memotifasi mahasiswa untuk berani berbisnis di usia muda. Pembicara seminar, Tung Desem Waringin, motivator terkenal Indonesia. Yang ingin mendaftar sebagai peserta, segera kontak ke sekretariat panitia. dengan pendaftaran Rp. 150.000,-. Panitia, tertanda, Yuli, Cp. 08123XXX Surat pembaca sejenis, pada tahun 90-an, menghiasi surat kabar dan ditempatkan di rubrik Surat Pembaca. Namun, sekarang, jangan harap surat pembaca seperti itu, ditayangkan di surat kabar mapan. Beberapa surat kabar lokal, juga mengkategorikan tulisan itu sebagai layanan masyarakat. Karena itu, dimasukkan dalam rubrik tersendiri. Beberapa media cetak menyebut, rubrik “ Agenda “ Karena masuk layanan masyarakat, surat pembaca itu masuk kategori ILM ( Iklan layanan masyarakat ). Sebagian awak redaksi lain menyebut advertosial singkat. Sebagian lagi mengatakan, iklan Agenda. Tentu saja, pengelola media cetak itu memberikan tarif terhadap iklan layanan tersebut. Untuk ukuran koran lokal, berkisar Rp. 25.000 – Rp. 50.000. Sedang koran regional dan nasional, lebih mahal, kisaran Rp. 100.000,- Rp. 150.000,-. Karena pengkategorian yang berbada pula, rubrikasi itu diletakkan di tempat yang berbeda. Bahkan, pada halaman yang tidak sama. Namun, seringkali beberapa surat kabar meletakkan kedua rubric tersebut pada halaman yang sama dengan rubric Surat Pembaca. Meski begitu, tidak semua media melakukan kebijakan seperti itu. Beberapa media kecil, belum mampu mengkategorikan, mana yang surat pembaca dan mana yang masuk agenda, atau mana pula yang masuk kategori iklan advertorial. Hal ini terjadi karena, pengelola media cetak kecil beranggapan bahwa surat yang datang dari pembaca itu merupakan indikator bahwa media tersebut dibaca audiens. Hanya saja, karena media cetak yang hidup di tengah industrialisasi itu, menghindari ‘dimanfaatkan’ sebagai iklan gratis, maka manejemen media mengharuskan masuk iklan. Pers industri mau tidak mau tetap berhitung, bagaimana mengendalikan cashflow-nya dengan baik, untuk menjaga kestabilan bisnisnya.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Blogroll

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

About